Gairah untuk Hidup dan Untuk Mati


Ditulis oleh Nasjah Djamin
Cetakan Pertama tahun 1968.

Fuyuko, dan lembaran-lembaran suratnya tentang kehidupan.

Seorang pria Indonesia bernama Talib, berkuliah di Jepang dan bersahabat dengan orang Jepang bernama Shimada. Fuyuko, kakak Shimada hendak memutuskan untuk bunuh diri setelah ia dianggap membunuh seseorang dan ditangkap oleh Kepolisian Jepang. Fuyuko, dan kehidupannya yang menyedihkan. Keinginan untuk mencintai dan dicintai. Mengorbankan kehidupannya untuk menyalakan kehidupan orang lain. Hendak menjaga harga diri tapi malah membuatnya menjadi tak bernilai sama sekali.

Hidup, dan pertarungan antara nilai-nilai yang bertentangan di dalamnya.
Seperti kontradiksi antara hidup dan mati itu sendiri.
Dan satu-satunya yang bisa merekatkan itu semua adalah kesadaran diri sebagai hamba, dan pengakuan atas eksistensi sang pencipta.

"Seharusnyalah begitu, kehidupan seseorang yang tinggi peradabannya! Memperhalus rasa dan budi dengan ketinggian peradaban dan keindahan-keindahan seni. Tapi toh bagaimanapun sejalan ketinggian peradaban dengan seni dan budaya, manusia tidak bisa menghindari kehancurannya. Manusia hanya terikat dan lebih terikat pada materi dan keduniaan. Tidakkahh kau sependapat dengan saya Taribu-Sang? Bahwa manusia sekarang boleh dikatakan sudah menjadi mesin-mesin robot yang dikuasai oleh hasil-hasil pemikiran manusia sendiri? Karena pendambaan pada materi hasil manusia inilah kita kehilangan sesuatu yang lebih besar dan agung. Dan saya tahu sekarang, Tuhan telah disisihkan, dan sifat-sifat ketuhanan digantikan oleh suara ego manusia belaka."
-Nasjah Djamin

Hani Taqiyya

No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.